Tuesday, March 27, 2012

Pray 4 Fab Muamba

Mungkin publik awam belum kenal Patrice Muamba, bahkan banyak penggemar sepak bola masih asing dgn nama gelandang Bolton berusia 23 tahun ini. Bagi para manajer soccer fantasy menyebutnya Fabrice Muamba sbg alternatif midfielder seharga 3.66 dgn poin 53.00 untuk 20 laga plus mencetak 1 gol, walau semakin kalah pamor dari Ryo Miyaichi misalnya. Hingga kemudian pada menit akhir babak pertama laga perempat final Piala FA antara Spurs versus Bolton harus dihentikan lantaran Muamba mendadak semaput akibat serangan jantung di tengah lapangan. Pertandingan di White Hart Lane pada Minggu 18 Maret 2012 langsung dihentikan oleh wasit bahkan pihak TV sepakat menolak untuk meliput ulang peristiwanya demi menghargai Muamba yg sedang meregang nyawa saat dilarikan ke rumah sakit. Peristiwa sekejap namun mencekam yg berdampak luas bagi sepak bola maupun kemanusiaan umumnya, termasuk diriku rela akibat laga Aston Villa vs Bolton ditunda padahal sempat masang striker Agbonlahor dan defender Tim Ream yg artinya sukses diganjar nol besar.

Salah satu makna solidaritas hasil "permainan" sepak bola ini adalah aksi patriotik dari fans Spurs yg berarti pihak lawan Muamba, seorang dokter bernama Andrew Deaner. Ia melepaskan atribut suporter untuk melompat heroik ke lapangan, menerobos petugas keamanan yg baru mengijinkan setelah ia mengeluarkan identitas ahli jantung. Andrew langsung memimpin tindakan pertolongan pertama di tengah lapangan termasuk penggunaan alat pacu jantung (peacemaker) saat mendampingi Muamba di ambulan. Setiap detik amat berharga apalagi dikhabarkan Muamba "sempat meninggal" beberapa puluh menit, diperkirakan akan cacat otak permanen kalaupun masih sanggup siuman. Demi resiko fatal yg dapat menimpa siapapun termasuk profesi olah fisik begini, maka reaksi langsung diserukan oleh para kolega di seluruh dunia. Misalnya selebrasi Gary Cahill saat membuka gol Chelsea ke gawang Leicester beberapa jam setelah tragedi Bolton, ia membuka kaosnya bertuliskan "Pray 4 Muamba". Entah kapan dan bagaimana ia sempat bikin kaos itu? Kemudian di liga Spanyol diikuti Barcelona yg kebetulan sedang mendoakan pula Eric Abidal untuk transplantasi hati, bahkan seteru abadi Real Madrid sebelum meladeni Malaga sempat memperagakan kaos dua wajah bertuliskan "Get Well Soon Muamba" dan "Animo Abidal". Begitupun di Serie A saat Juventus mencukur Fiorentina 5 - 0 telah didedikasikan khusus untuk Muamba.
Dampak musibah Muamba yg mengawali karir profesional bersama Arsenal dan masih tercatat dalam Timnas Inggris, semakin memperketat standard keselamatan sepak bola di Inggris. Jauh lebih maju ketimbang drama horor 6 tahun lalu saat kepala kiper Petr Cech retak akibat dihajar lutut Stephen Hunt. Cech harus merangkak sendiri ke tepi lapangan sementara Mourinho kalap berteriak memanggil ambulan yg butuh 30 menit untuk masuk ke lapangan. Sementara untuk dunia lainnya masih berkutat dgn standard minimal, misalnya di saat Muamba masih belum sadar di London Chest Hospital ada pesepak bola India tewas setelah pingsan akibat gagal jantung di pertandingan tingkat lokal dan harus ke rumah sakit menggunakan becak. Selain kewajiban aspek teknis dan standard resusitasi, tak kalah penting adalah respon dan norma yg patut diberikan kepada setiap pemain tanpa memandang status terutama dari apresiasi suporter universal yg mengaku pencinta sepak bola. Karena permainan ini bukan lagi hanya melibatkan aspek industri multi sektor maupun fanatisme termasuk unsur judi, tetapi menuntut norma loyalitas kemanusiaan hingga simbol peradaban. Begitulah nyawa sepak bola, sejatinya (*)

1 comments:

Anonymous said...

salam kenal mas :)

Post a Comment

Thanks for comments