Kamis subuh harusnya sudah berangkat ke Singkawang, namun tertahan oleh siaran langsung El Clasico edisi perempat final Copa Del Rey 2012 leg pertama. Entah mengapa akhir2 ini semakin enggan nonton langsung El Clasico, ada perasaan gak nyaman. Bukan akibat tensi tinggi akibat rivalitas maupun subjektifitas yg semakin cenderung fanatik, tapi terasa nyawa sepak bola mulai bergeser dari keindahannya. Gaya lugas Liverpool kadang lebih ganas, apalagi selama lima tahun sudah terbiasa nyeri menelan kekalahan plus gondok saat draw ke sekian kali. Sementara El Clasico khususnya edisi Mou-drid versus Pep-lona semakin runcing akibat beberapa hal di luar sepak bola itu sendiri, perbedaan karakter kedua pelatih yg menyolok termasuk pemanfaatan media, konspirasi Villarato tanpa kendali, kontrasnya biru tua (Barca, bukan hitam) dan putih (Real Madrid) semakin ekstrim.
Semua lebih menjadikan ngeri dan was-was, apalagi drama lapangan yg bakal memalukan berikutnya kali ini? Maka saat bersiap pergi lantaran enggan menonton siaran langsung, namun tetap saja tertahan ketika Puyol mengulangi kelakuannya. Yakni head-diving menjebol gawang yg sudah pernah dilakukan ke gawang Cassilas sebelumnya, lalu di Piala Dunia 2010, dan Kamis subuh barusan, uniknya semua dari tendangan pojok milik Xavi. Kenikmatan El Clasico mulai menjalar kembali, tapi ah .. bangku yg mulai hangat lantaran tontonan mulai berimbang pasca posisi seri, kembali rusak oleh tabiat Pepe (again) menginjak tangan Messi. Di mana nalar dan kemaluan itu? Langsung saja matikan TV dan loncat ke mobil, pasang album V milik Spock's Beard, bye bye El Clasico. Sampai di Singkawang sempat tanya kolega mengenai hasilnya, sembari gak keliwat heran kalau Barca sukses kembali unggul.
Gak lagi perduli di Bernabeu atau laga di manapun, salah satu yg sudah kehilangan greget akan El Clasico adalah, sejujurnya, Real Madrid makin rusak jika "terpaksa" meladeni Barca. Gak ada greget atau kegirangan Capello yg selalu memukul Rijkaard dalam semusim dan hanya bisa dihibur lewat hatrick gol milik Messi, juga sebaliknya saat peristiwa La Manita menjadi legenda Barca khususnya salah satu debut terbaik Pep. Tapi El Clasico dua musim terakhir ini lebih sarat dgn insiden berikut tawur gak senonoh, meski hasilnya relatif sama. Inferior Mou ditutupi dgn alasan kartu merah, bikin keributan saat Taka-Tiki semakin membingungkan juga bikin malu, otot bicara menutupi tumpulnya akal. Bernabeu memang semakin gak ada angkernya bagi Barca, sempat kepikiran bahwa Barca harus belajar kalah lebih banyak dari klub gurem di Liga. Gunakan saja tim pelapis namun Messi cs konsentrasi untuk pentas Eropah dan level dunia. Karena berbahaya jika terjadi hegemoni tunggal, Barca edisi Pep sudah jelas sudah kehilangan lawan setara di Spanyol. Apa Barca mesti khusus pindah ke liga Inggris supaya bisa maen bola dgn baik dan menang lebih terhormat?
Pep yg lebih didominasi naluri kemanusiaan ketimbang obsesi megalomaniak ala Mou dalam menghalalkan segala cara untuk menang, rasanya bisa setuju untuk melepaskan mahkota La Liga musim 2011/2012 demi keseimbangan sepak bola Spanyol. Maka Barca harus bisa kalah, mengalah atau dikalahkan, supaya sepak bola Spanyol kembali wajar berikut ikatan yg pernah erat sbg tim juara Eropah hingga level dunia 2010. Atau tim Portugal dan rival lain akan bersorak di atas puing La Furia Roja. Walau hal ini gak ngaruh signifikan bagi liga fantasy, misalnya Messi dan Fabregas adalah kartu AS buat kedua timku. Selebihnya bisa bergantian antara Soldado atau Falcao bahkan Ruud Van Nistelrooy, atau siapapun, termasuk memasukkan nuansa Real Madrid semacam Xabi atau Ozil. Setidaknya agar seragam timku lebih berwarna.
Sepak bola butuh refreshing, perlu dinamika dan unsur kejutan. Terkadang hal gak diduga semacam skenario kreatif versi pihak sponsor, telah menjernihkan suasana. Apalagi uang semakin di atas segalanya untuk hari gini, boleh berantem di lapangan tapi saling rangkul saat teken kontrak atau pose bersama demi iklan. Dari status apparel, Real Madrid disponsori Adidas yg juga bersaing dgn sponsor jersey Barcelona yaitu Nike. Namun uniknya super star Real Madrid dikontrak Nike yakni Cristiano Ronaldo, sebaliknya Messi menjadi representatif Adidas. Betapa asiknya saat atas nama sponsor mereka saling berbaur. Pernah terbayang Xavi mengirim pesan lewat tendangan bola kepada Alves yg lantas membalikkannya ke Angel Di-Maria. Lalu bola seliweran melayang hingga akhirnya menghampiri Messi, sedang kepergok lagi milih merchandise Real Madrid di sebuah toko?
Dunia kok rasanya lebih indah jika unsur permainan sekaligus kadar prestasi dapat sejalan, ketimbang teror dan horor yg entah bakalan di neraka mana ujungnya. Itulah spirit El Clasico, persaingan yg memacu produktivitas bukan destruktif. Semoga ada kegairahan dan terus berlanjut hingga ke liga fantasi. Btw, tim LigaFantasi masih aman di puncak menembus poin 1.700an, diikuti tim liver_duke di posisi tiga dgn 1.660an. How about you, makin capek dan bosan karena mentok? Jangan anarkis, don't get mad .. get even.
3 comments:
nice clips ...
hehehehehe.....tulisan menarik. gw juga gak liat lagi el clasico, karena gw udh tau yg menang barca lagi dan pepe serta mou pasti cari alesan lagi. mestinya emang mou ngelatih klub liga italia ajua, jago bertaHAN dan bisa menang. persis waktu cara inter vs barca di final liga champion beberapa musim yg lalu. untuk di madrid, mou udh mentok.
dion
sepakbola semestinya menyenangkan ...
Post a Comment
Thanks for comments