Sunday, January 15, 2012

SOUL KILLER

"He seems nice and kind. But
to score goals like that, you
have to be a KILLER. You don't
win anything in football if
you're TOO NICE!"
[Michel Platini]
Sang pembunuh itu memang manis bahkan pemalu, bernama Messi. Sosoknya relatif mini bagi ukuran petarung untuk duel sbg striker maupun ujung tombak formasi. Reputasi membunuh dimulai sejak ia harus berjuang mengatasi kendala fisik di usia dini. Messi meninggalkan Rosario, tempat kelahiran yg juga asal pejuang Che Guevara, ke seberang benua demi memperoleh pengobatan sembari "menjual diri" pada institusi kaliber dunia. Ia juga membunuh masa kecil bagi sebuah keyakinan di lapangan hijau sejak tahun 2000 hingga 2003 untuk mencetak 37 gol dalam 30 laga. Frank Rijkaard membaptisnya ke pentas utama lewat derby menghadapi Espanyol pada Oktober 2004 di usia 17. Faktor muda dan munggil tidak membuatnya gentar, Messi menerapkan pesan Johan Cruyff, "Football is simple but the hardest thing to do is play simple football". Kelincahan Messi membuat sepak bola jadi sederhana sekaligus menimbulkan berbagai tehnik berikut nyali tinggi. Antusias yg merebut hati penonton termasuk incaran lawan, seolah tak rela dipermalukan mahluk munggil dgn jersey rada kedodoran. Perdelapan final Liga Champions 7 Maret 2006 adalah horor buat Messi dan ditandu setelah bertubi dihantam tembok raksasa, kartu merah bagi Asier Del Horno dari Chelsea. Messi masih ringkih dgn rangkaian cidera susulan dan perlu istirahat total 3 bulan di Argentina sekaligus persiapan ke Piala Dunia. Ia masih harus membunuh kendala fisik, gagal bersinar di Jerman 2006 meski mencetak 1 gol saat Argentina mencukur 6 - 0 Serbia-Montenegro.

Tahun 2007 pasca cidera berkepanjangan, Messi langsung menjajal naluri pembunuhnya lewat El Clasico dan menghasilkan 3 gol. Berlanjut solo dari tengah lapangan melewati beberapa pemain hingga membobol gawang Getafe, mirip gol kedua Diego Maradona di Piala Dunia 1986 lawan Inggris. Messi semakin menikmati tugasnya sbg algojo dgn bergeser dari sayap kanan menjadi target utama, termasuk mewarisi nomor punggung 10 yg ditinggalkan Ronaldinho awal musim 2008. Awalnya Messi meminta kepada pelatih baru saat itu Pep Guardiola, agar urung menjual Ronaldinho sbg rekan, mentor serta idola sbg pemain terbaik dunia 2005 dan 2006. Justru Guardiola berpendapat sebaliknya, Ronaldinho harus pergi demi kemampuan terbaik seorang Messi. Terbukti ia harus mengasah daya bunuh, sekaligus jadi incaran paling utama untuk dibunuh bahkan terkesan personal. Messi memahami konsekwensi sembari tetap menikmati sepak bola sbg permainan, all experiences tell him what to do and confidence allows him to do it. Sekaligus ia mulai dihubungkan lewat rivalitas dgn Ronaldo sbg Pemain Terbaik Dunia FIFA 2008, dua anak muda berkarakter kuat. Gak bisa disangkal bahwa untuk menjadi pencetak gol yg baik, perlu karakter pembunuh dan cenderung individual. Barcelona menjadikan Messi sbg target terutama, begitupun peran Ronaldo sejak di Manchester United hingga Real Madrid. Kondisi yg semestinya jadi beban tersendiri bagi pemain maupun kolektivitas, namun tidak bagi keduanya yg selalu dapat membayar lunas kepercayaan tim. Messi dan Ronaldo tipikal sejati bagi pesepakbola modern yg menikmati skill, mental dan phisic, sekaligus passion and glory layaknya pemain besar. Selain berkarakter kejam dalam menuntaskan tugas, ada cenderung individual sekaligus egois but both of them are perfectionist and passionate about the game. Permainan ini kadang membutuhkan sosok "pembuat perbedaan", faktor yg dapat dioptimalkan lewat individu berdarah dingin ala pembunuh utama. Cobalah simak klip yg menunjukkan kegusaran Ronaldo akibat kerja kerasnya digagalkan Nani, tim sejawat yg bermaksud membantu proses gol.
Sebagai dua pemain terbaik FIFA dan kontribusi terhadap klub, Messi dan Ronaldo punya kesamaan yakni "jinak" untuk membela negaranya. Platini sbg pemain terbaik dunia berturutan yg masih bernama Ballon d'Or tahun 1983 hingga 1985 saat berseragam Juventus, pernah memimpin Prancis juara Euro 1984 dan peringkat tiga Piala Dunia 1986. Begitupun Ronaldo Luiz da Lima yg menjadi pemain terbaik FIFA selama tiga kali walau gak berurutan, penghargaannya akibat mengantar Brazil sbg juara dunia. Apa yg jadi prioritas bagi atlit profesional, kepentingan klub atau negara? Mengapa Xavi Hernandez sbg jenderal Barcelona serta membawa Spanyol juara Dunia 2010, namun selalu di bawah Messi dan Ronaldo dalam dua ajang FIFA Ballon D'or? Keputusan telah diambil berdasarkan voting dari pelatih dan kapten timnas sepak bola sedunia dan sejumlah wartawan, Messi meraup 47,88% pemilih, jauh meninggalkan Ronaldo 21,6% jugaa Xavi 9,2%. Peran Xavi semestinya signifikan menjadikan Spanyol pemuncak rangking FIFA, begitupun bagi Barcelona yg membuat Messi begitu nyaman bertugas. Hal begini hilang saat Messi di Argentina, karena gak terdapat kreasi Xavi. Maka jelaslah sbg kriteria utama pada penghargaan individual ini telah membutuhkan statistik sbg finisher, bahkan punisher as a killer seperti dimaksud Presiden of UEFA, Michel Platini. Messi memenuhi ekspektasi berupa catatan setidaknya 211 gol dalam 297 penampilan hanya bersama barcelona. Bahkan salah satu predator bernama Rooney pernah mengakui setelah MU gagal berruntun di final Liga Champion 2010 dan 2011, "Selalu sulit saat harus menghadapi Barcelona, karena ada seorang Messi yg bertugas membunuhmu di lapangan". Namun faktor terutama adalah bagaimana sosok Messi dapat memisahkan perkara pembunuhan di lapangan hijau dgn dunia kesehariannya yg rendah hati. "Penghargaan ini kubagi untuk klub, terutama kepada Xavi", tuturnya. He knows every kid around the world who plays soccer wants to be Messi. So he has a great responsibility to show them not just how to be like a soccer player, but how to be like a man. Messi sang pembunuh di depan gawang, namun sejatinya Messi adalah pembunuh kesombongan berikut rasa puas diri tipikal super star. Messi jelas sukses membunuh segala kendala kekurangannya termasuk ego diri sendiri.
Daftar Penerima Penghargaan Ballon d'Or FIFA 2011.
Pemain Terbaik FIFA : Lionel Messi (Argentina/Barcelona).
Pelatih Terbaik FIFA : Pep Guardiola (Spanyol/Barcelona).
Penghargaan Puskas FIFA (Gol Terbaik): Neymar (Brazil/Santos).
Wanita Pesepak bola Terbaik FIFA : Homare Sawa (Jepang/INAC Kobe Leonessa).
Wanita Pelatih Terbaik FIFA : Norio Sasaki (Jepang/Timnas Jepang).
Penghargaan Presidential Terbaik FIFA : Sir Alex Ferguson (Skotlandia/Manchester United).
Pengharggan Fair Play FIFA : Federasi Sepak Bola Jepang.
FIFA-Pro World XI :
Iker Casillas (Spanyol/Real Madrid);
Dani Alves (Brazil/Barcelona), Nemanja Vidic (Serbia/Manchester United), Gerard Pique (Spanyol/Barcelona), Sergio Ramos (Spanyol/Real Madrid);
Xavi Hernandez (Spanyol/Barcelona), Xabi Alonso (Spanyol/Real Madrid), Andres Iniesta (Spanyol/Barcelona);
Wayne Rooney (Inggris/Manchester United), Cristiano Ronaldo (Portuga/Real Madrid), Lionel Messi (Argentina/Barcelona).

4 comments:

Baron Rubikariadi said...

Messi pantas sbg juara dunia karena jago tetapi rendah hati. Ronaldo terlalu angkuh dan sibuk balas dendam terhadap kemiskinan masa kecilnya, juga contoh Ronaldinho gagal membunuh ego dan nafsu hedonisnya. Messi teladan pesepakbola sejati..

Attila.77 said...

Platini said, Messi always be great with or without a World Cup. But the World Cup is an important matter, it's something special.

daniel_figueroa said...

gracias por existir !!!!

Anonymous said...

like this

Post a Comment

Thanks for comments