Saturday, June 9, 2012

WELCOME TO POL-KRAINA (II)

The biggest footballing event of the year 2012 is finally here, sixteen teams come to this showpiece event in Poland and Ukraine starts from 8th June to three weeks ahead. All participants were categorized into 4 groups with the two of highest will be qualifying for the next quarter. Points and goal difference are the factors that will be ranking the teams in the group table. Current form would bear that out with 13 of FIFA's top 20 ranked teams in the finals, while the highest Spain will try to become the first team to win three successive major international titles. Netherlands just reached the recent of World Cup final but with Germany in the same group will hope to lift their first trophy since 1996, they could become an annihilator to each others since the first meet. Things to make major opinions the Euros were harder to win than the World Cup of a higher standard to take three points in every game. What about yours?
Group A :
Banyak pengamat telah memposisikan sbg group terlemah, diisi dua tim juara kualifikasi yakni Rusia dan Yunani. Maka peluang lolos terbesar ada pada kedua tim untuk mengatasi Ceko yg harus melewati babak play off maupun memupus keuntungan tuan rumah, serta memiliki keuntungan jadwal berupa Yunani versus Rusia pada lagi terakhir dgn hasil kompromi jika sudah menabung nilai sebelumnya. Strategi ini dibutuhkan karena akan bertempur hidup mati di babak berikutnya, siapapun juara atau runner up dari Group B.
1. Rusia, The Reds Army (FIFA #013). Sebagai juara perdana dari awal turnamen Euro di tahun 1960 saat masih bernama Uni Soviet, namun selalu gagal dalam 8 kehadiran setelahnya. Rusia dikenal sbg kesatuan tim yg mengandalkan mental baja, namun faktor usia akan menghambat reputasi tsb.
Kapten: Andrey Arshavin, berusia 32 tahun yg dianggap "habis" oleh Arsenal namun kembali bersinar di klub Zenit St Petersburg lantas diberi kepercayaan oleh pelatih Dick Advocaat. Selain Rusia memiliki amunisi berstamina dahsyat lewat predator Pavel Pogrebnyak dan Roman Pavlyuchenko, juga bersiaplah membidani kelahiran talenta eksplosif dari CSKA Moscow yakni Alan Dzagoev.
2. Yunani, Tim Para Dewa (FIFA #015). Merupakan juara Euro 2004 sbg tim kejutan dgn mengalahkan Portugal 2 – 1 di laga pembukaan, untuk kembali memukul Portugal di partai final 1 – 0. Selain merupakan peristiwa langka sepanjang sejarah, kesuksesan Yunani telah menjadi simbol strategi tim secara kolektif dan menjadi legenda ala spartan.
Kapten: Giorgos Karagounis, pemain senior 36 tahun andalan klub Panathinaikos yg juga terlibat dalam kesuksesan 2004. Diharapkan oleh pelatih Fernando Santos dapat memberi teladan dan suntikan bagi tim yg masih saja minim pemain bintang namun pernah memberikan berkah manis di kiprah terakhirnya.
3. Republik Ceko (FIFA #027). Pecahan negara Cekoslowakia yg sudah rajin mengikuti ajang Euro sejak awal, serta sejak kemerdekaan Ceko tahun 1993 tak pernah absen bahkan mencapai final tahun 1996.
Kapten: Tomas Rosicky, sempat diragukan karena faktor cidera. Namun pelatih Michal Bilek tetap meyakini gelandang senior Arsenal ini bersama Milan Baros yg pernah menjadi top skorer Euro 2004 dan jadi andalan Liverpool kini Galatasaray, ditunjang kematangan Petr Cech di bawah mistar.
4. Polandia, The White Eagles (FIFA #062). Merupakan tim dgn ranking FIFA paling rendah padahal pernah dua kali menjadi tim terbaik ketiga ajang Piala Dunia. Faktor yg mungkin dipertimbangkan sbg tuan rumah yg otomatis mendapat fasilitas "wild card", walau secara turnamen Euro baru pertama kali terlibat sepanjang sejarah yakni tahun 2008. Selain keuntungan factor tuan rumah, Polandia berpotensi mengejutkan karena mewakili pasukan yg dianggap paling muda untuk pertarungan tensi tinggi.
Kapten: Jakub Blaszczykowski, gelandang dari klub Borussia Dortmund yg dianggap paling berpengalaman oleh pelatih Franciszek Smuda, melebihi popularitas Wojciech Szczesny sbg kipper utama Arsenal maupun talenta Robert Lewandowski sbg kunci sukses Borussia Dortmund musim ini.
Group B :
Kebalikan dari Group A, inilah makna neraka atau sajian kualitas partai final dini di tiap laga. No, bukan karena Ronaldo, faktor Mario Gomez atau cuma terjebak aspek sejarah dan segala tetek bengeknya. Melainkan disinilah 4 tim dalam rangking 10 terbaik dunia versi FIFA harus bertarung dan posisi Portugal justru paling buncit. Serta ketiga tim lainnya begitu mentereng sbg juara group pada babak kualifikasi, sementara Portugal malah merangkak dgn fasilitas play off. Maka faktor jadwal agak kurang berlaku di group ini karena semua tim sudah harus saling bunuh sejak detik pertama hingga akhir, walau mereka akan mendapat "bonus istirahat" di babak quarter final. Serta berdasarkan keseimbangan starting eleven dgn tim pelapis yg dibutuhkan untuk rotasi, pilihan logis mengerucut kepada Jerman dan Belanda.
1. Jerman, Der Panzer (FIFA #003). Jerman adalah Jerman, meski mayoritas pemain kunci terdiri dari para imigran seperti Podolski dan Klose asal Polandia, Mesut Ozil (Turki), Khedira (Tunisia), Jerome Boateng (Ghana). Dengan reputasi raja turnamen sekaligus spesialis runner up termasuk pada level klub Bayern yg mendominasi pasukan inti, Jerman boleh dianggap kandidat terkuat untuk bertarung 5 laga.
Kapten: Philipp Lahm, salah satu pilar pertahanan senior dari Bayern Munich, dianggap paling berwibawa sbg pengendali permainan menurut strategi Joachim Low yg dikenal variatif dan efektif.
2. Belanda, De Oranje (FIFA #004). Merupakan tim paling produktif dalam perjalanan menuju Polkraina dgn mencetak 37 gol sbg rekor tertinggi babak kualifikasi pada gelaran Euro sepanjang sejarah, ditambah reputasi Van Persie yg begitu menakutkan di Liga Inggris musim ini. Pasca kekalahan menyakitkan di final Piala Dunia 2010 justru mengasah tim berubah pragmatis dan meninggalkan ciri total football yg kini lebih identik dgn Spanyol. Filosofi yg menurutku begitu menakutkan namun dapat diganjar dgn status juara, itulah prinsip berorientasi hasil akhir dan Belanda sangat mampu.
Kapten: Mark Van Bommel, gelandang dari AC Milan dan pemain paling senior untuk menjaga keseimbangan tim, terutama menggalang pertahanan yg sering dianggap titik terlemah pada kiper. Tapi perhatikan nama Ibrahim Afellay, Van Persie serta Klaas-Jan Huntelaar yg justru mencetak 12 gol dua kali lebih banyak dari RVP, seolah Belanda punya dua tim dgn dua striker murni yg maut dan seimbang.
3. Denmark, Tim Dinamit (FIFA #009). Secara reputasi mungkin di bawah tiga kandidat lainnya padahal memiliki keseimbangan midfielder melalui kombinasi Christian Poulsen dgn Christian Eriksen kepada sang finisher Nicklas Bendtner. Jika mereka sanggup mengalahkan Jerman atau Belanda, Denmark dipastikan melenggang ke babak berikut. Pelatih Morten Olsen paham hal itu dan memiliki pengalaman telah melampaui seratus laga lebih untuk tim dinamit ini, sebagai pemain utama masa lalu maupun kini pelatih.
Kapten: Daniel Agger, palang pintu andalan Liverpool berikut pengalamannya di liga Inggris, termasuk peran penting menggalang pertahanan yg rapuh akibat cidera kipper utama, Thomas Sorensen. Beri waktu khusus untuk Christian Eriksen, pemain muda paling diperhatikan oleh Sir Alex Ferguson.
4. Portugal, The Navigators atau tim Samba versi Eropa (FIFA #010). Inilah tahun keemasan Portugal untuk dapat menyandang predikat negara besar sepak bola, mengingat belum pernah juara Eropa apalagi Dunia. Beban itu terletak pada talenta dan ambisi tiga titik: Ronaldo, Nani dan Pepe.
Kapten: Cristiano Ronaldo, berposisi murni sbg pemain sayap namun galak menyerang. Dipercaya pelatih Paulo Bento untuk mengangkat moral tim walau beresiko dirusak nafsu individualis. Ronaldo perlu membuktikan kehandalannya untuk bertarung rapat jangka pendek secara tim, atau menjadi kartu mati saat dikunci atau justru diusir akibat kartu merah.
Group C :
Salah satu reputasi dan magnet kewibawaan Euro 2012 ada pada group ini. Husssh ngaco, bukan lantaran ada tim favoritku .. Sederhana saja, ada dua tim kaliber juara Dunia dan juara Eropah yg uniknya dipimpin oleh tradisi kipper. Serta salah satunya berstatus "title holders" sekaligus pemilik rangking FIFA tertinggi selama 4 tahun berturutan, dan memiliki materi pemain berlimbah dalam level serupa. Gak berlebihan jika pilihan kuat ada pada dua kandidat ini, walau Itali bisa mendadak digusur oleh Kroasia.
1. Spanyol, La Furia Roja (FIFA #001). Bermateri 7 punggawa Barcelona dan 5 inti Real Madrid, justru menjadi pertanyaan besar berbanding keharmonisan the winning team 2010. Ditambah alpanya perekat Puyol maupun top skorer David Villa, memaksa Spanyol dan para fans lebih baik memilih posisi underdog demi memelihara rasa lapar juara. Inilah tim yg dianggap masih mewakili gaya atraktif dan tontonan berkelas walau kini jadi sumber kelemahan, kecuali Torres mencetak sedikitnya 2 gol di babak penyisihan.
Kapten: Iker Casillas, pemimpin tim piala dunia 2010 dgn menggeser posisi kapten abadi Raul Gonzalez. Selain "faktor Madrid", Casillas boleh dianggap perekat tim karena bersahabat baik dgn Xavi Hernandez (Catalan), Xabi Alonzo (Basque) dan Ramos (Andalusia). Juga memiliki caps salah satu pemain terbanyak pembela Spanyol di pentas Internasional melampaui rekor Zubizarreta lebih dari 100 laga.
2. Kroasia, Kuda Hitam Vatreni (FIFA #008). Tim Kroasia modern dibentuk tahun 1990 pasca kemerdekaan dari Yugoslavia, kemudian berkiprah 3 kali di ajang Euro. Pencapaian terbaik Kroasia adalah juara ketiga Piala Dunia 1998 dgn mengalahkan Belanda 2 – 1, termasuk penampilan konstan yg membuat kiprah mereka diganjar masuk ranking 10 besar FIFA.
Kapten: Darijo Srna, Gelandang senior klub Shakhtar Donetsk yg menggantikan posisi Niko Kovac setelah pensiun pasca Euro 2008, dianggap pelatih Slaven Bilic mampu menyeimbangkan peran Ivan Rakitic dgn Luka Modric sbg pendukung trio maut Eduardo da Silva, Ivan Klasnic terutama Nikica Jelavic favoritku. Dengan paparan bintang yg lebih panjang dari Itali, mestinya aku lebih memilih Kroasia untuk lolos menemani Spanyol.
3. Italia, Gli Azzurri (FIFA #012). Tipikal tim yg selalu tampil berkarakter dan selalu penuh kejutan, baik sbg pemenang maupun pecundang. Pada periode 2012 tampil dgn formasi lebih agresif bermaterikan tim pemenang Juventus, walau (sekali lagi) telah dibebani kasus pengaturan skor di liga. Jika Italia sanggup mengatasi Spanyol atau Kroasia, jangan kaget dgn ketekunan mereka merayap ke final.
Kapten: Gianluigi Buffon, inilah karakter tim grendel yg punya tradisi kapten oleh penjaga gawang. Pelatih Cesare Prandelli meneruskan pakem ini untuk menjaga konsistensi serta moral strategi, perkara yg sulit diharapkan dari sosok Balotelli misalnya.
4. Republik Irlandia, Pasukan Hijau (FIFA #018). Mirip Polandia, Irlandia juga menghadiri ajang Euro baru pertama kali di tahun 1988. Namun saat itu dikenang sbg pengalaman bersejarah karena mengalahkan Inggris di babak grup untuk membenamkan sang induk semang terkunci dgn nilai 0. Tapi tetap saja mengherankan kenapa pasukan hijau ini sanggup menempati peringkat 18 FIFA?
Kapten: Robbie Keane, Punggawa uzur yg berkumpul di kuburan bintang Los Angeles Galaxy namun masih punya kemampuan saat dipinjamkan ke Aston Villa, menjadi alasan pelatih Giovanni Trapattoni bagi Keane dgn kharismanya. Selain pengalaman di berbagai kompetisi dan karakter liga yg beragam, sosok Keane tepat dibutuhkan memimpin pasukan yg rata2 secara umur memang terbilang di atas 30an.
Group D :
Kelompok paling "tricky" dan spekulatif, antara prestasi dan prestise. Secara statistik jelas memihak pada reputasi Inggris dan Prancis, sama2 mantan juara Dunia. Keduanya tampil sbg juara babak kualifikasi dan mentas 7 kali di Euro, namun data Prancis lebih mentereng akibat pernah jawara dua kali. Maka Swedia hanya berpotensi sbg tim penjegal bersama tuan rumah yg boleh cukup senang masih bisa melihat kiprah legenda Shevchenko untuk pertama sekaligus terakhir kalinya.
1. Inggris, Tiga Macan (FIFA #006). Negara kiblat sepak bola modern berikut komoditas industri liga paling riuh sedunia, berbanding terbalik dgn prestasi di level Eropah hingga dunia. Seolah paradox bagi ilustrasi status sebuah kemapanan yg justru jadi gak mapan bila membahas kontribusi medali tim nasional Inggris. Walau relatif diremehkan bahkan jadi sasaran kekecewaan, uniknya publik terus berharap Inggris selalu memperoleh kejutan untuk tampil selama mungkin.
Kapten: Steven Gerrard, skipper Liverpool yg uniknya pernah bermasalah dgn pelatih Roy Hodgson pada level klub. Soal pengalaman dan karisma gak perlu diperdebatkan, termasuk lapar dan posesif untuk mengangkat trophy Timnas di tengah kendala internal berupa badai cidera. Spesialisasinya mencetak gol dari luar kotak penalty dapat mengangkat moral tim menjadi hasil di luar analisa.
2. Prancis, Tim Ayam Jantan (FIFA #014). Salah satu favorit utamaku kali ini pasca kehancuran luar dalam di tangan Raymond Domenech, sejak ditangani Laurent Blanc telah sanggup mengalahkan tim mapan seperti Brasil hingga Jerman termasuk Inggris. Keseimbangan adalah kunci, dan setiap turnamen membutuhkan faktor penentu yg seolah akan memelihara tim dgn karakter tersebut.
Kapten: Hugo Lloris, Posisi kiper klub Lyon sbg kapten rasanya tepat untuk memberi komando bagi para bintang sekelas Patrice Evra, Franck Ribery, Malouda hingga Benzema, termasuk mengatur ritme dan efesiensi untuk bertempur melawan siapapun wakil Group C pada babak knock out.
3. Swedia, The Vikings Army (FIFA #017). Kumpulan Skandinavia yg seolah ingin terus menjaga tradisi jika merekapun becus bermain sepak bola, dgn pencapaian terbaik masuk semifinal Euro 1992 setelah menyingkirkan Inggris. Prestasi lain adalah medali emas sepak bola pada Olimpiade 1948, serta di pentas Piala Dunia mencapai runner up tahun 1958, serta juara tiga pada 1950 dan 1994.
Kapten: Zlatan Ibrahimovic, raksasa ibarat The Mighty Thor yg semakin matang dan memiliki ambisi terbaik dalam level timnas, walau perlu dukungan dari kesepuluh pemain lainnya.
4. Ukraina, the Yellow-Blues (FIFA #052). Satu2nya negara yg belum pernah terlibat di ajang Euro, walau memiliki rangking lebih baik dari Polandia sbg sesama tuan rumah. Salah satu pecahan dari Uni Sovyet yg telah mewariskan legenda Oleg Blokhin sbg pemain terbaik Eropa 1975, kini menjadi pelatih sekaligus wibawa timnas Ukraina. Catatan tertinggi timnas Ukraina adalah saat menembus babak delapan besar Piala Dunia 2006. Secara jadwal, Ukraina dapat menentukan nasib Inggris pada laga terakhir.
Kapten: Andriy Shevchenko, duta besar sepak bola dari Ukraina yg sedang menikmati masa persiapan pensiun bersama klub Dynamo Kyiv dan berbagi era keemasan bersama Sergiy Rebrov dan Oleg Luzhny.
-duke-

1 comments:

Anonymous said...

Thanks

Post a Comment

Thanks for comments